Kami bertemu karena kecintaan yang sama terhadap seni — lalu mendaftar kelas tembikar hanya untuk bersenang-senang. Akhirnya, kami tidak hanya membentuk tanah liat — kami membentuk sesuatu yang nyata. Berkat tantan, kami menemukan lebih dari sekadar teman kencan... kami menemukan satu sama lain.

Kami bertemu di acara Majulah Singlepura dan menjadi akrab karena musik, meme, dan obsesi kami terhadap anggur berkualitas. Kencan pertama kami seharusnya 'hanya sekali minum'... tapi kami menutup tempat itu. Sekarang kami tertawa sambil menikmati anggur, merencanakan liburan akhir pekan, dan masih belum sepakat tentang anggur merah atau putih. Berkat tantan, kami menemukan hubungan yang jauh lebih dari sekadar kecocokan.

Saya menghabiskan sebagian besar hidup saya berfokus pada pekerjaan — larut malam, pagi-pagi sekali, tidak ada waktu untuk berkencan. Mengunduh Tantan terasa seperti sebuah keberuntungan… sampai saya bergabung dengan salah satu acara pickleball mereka, hanya untuk mencoba sesuatu yang baru. Di sanalah saya bertemu Jasmine. Kami berkumpul, tertawa, dan entah bagaimana, antara makan dan minum, kami langsung cocok. Tantan tidak hanya membuat saya kembali berkencan — tetapi juga memberi saya seseorang yang pantas untuk diperlambat langkahnya.

Kami berdua bergabung dengan Tantan dengan pikiran, 'Oke, kita lihat saja apa yang ada di luar sana.' Tanpa tekanan, tanpa ekspektasi — hanya rasa ingin tahu. Lalu kami merasa cocok. Obrolan pertama kami berlangsung 6 jam, dan entah bagaimana terasa seperti 10 menit. Dari meme hingga obrolan mendalam tentang kehidupan, semuanya terasa cocok. Tantan memberi kami ruang untuk menjadi diri sendiri, dan kesempatan untuk menemukan satu sama lain — tanpa filter, tanpa gim, hanya sesuatu yang nyata.”